Presiden UEFA Michael Platini menolak desakan sejumlah pihak yang terus menuntut diterapkannya teknologi sensor garis gawang dalam sebuah pertandingan sepakbola. Ia menilai penggunaan teknologi untuk acuan wasit mengambil keputusan dapat menghilangkan unsur human error yang menjadi salah satu daya tarik permainan sepakbola.
Desakan sejumlah pihak terkait penerapan teknologi ini pertama mencuat usai pelaksanaan Piala Dunia 2010. Kala itu, gol gelandang Inggris, Frank Lampard ke gawang Jerman dianulir. Menurut pandangan wasit saat itu, bola belum melintasi garis gawang. Namun, dari rekaman ulang diketahui keputusan wasit keliru.
Dan selanjutnya, pengalaman buruk Inggris ini yang membuat kawatir sejumlah pihak jika peristiwa ini akan terulang kembali di laga krusial Liga Champions maupun ajang lainnya.
"Saya tetap tidak menginginkan itu (sensor garis gawang) dalam pertandingan sepakbola. Sepakbola adalah permainan yang dilaksanakan oleh manusia dan sesuatu yang bersifat manusiawi. Dan sepakbola menjadi permainan terpopuler di dunia karena sifatnya yang manusiawi," ujarnya seperti dikutip dari Goal.com.
Platini menjelaskan, jika aspek teknologi terpaksa harus dilibatkan dalam pertandingan sepakbola, maka lebih tepat diterapkan untuk mengatasi masalah offside dibanding sensor garis gawang.
Ia beralasan, kekeliruan keputusan wasit mengenai offside lebih sering terjadi dibanding garis gawang. "Mungkin ada sepuluh kali dalam setiap pertandingan terjadi perdebatan tentang offside. Dan hanya sekali setiap 40 tahun, ada kebutuhan untuk teknologi sensor garis gawang."
"Sepanjang karir saya sebagai pemain, saya tidak pernah mengalami di mana sebuah gol disahkan sebelum bola melewati garis atau sebuah gol tidak disahkan padahal bola sudah melewati garis. Dan Anda tetap ngotot ingin menempatkan teknologi tersebut di semua stadion sepakbola? Saya tidak mengerti"
Meski demikian, Untuk mengantisipasi hal itu terjadi dalam pertandingan level eropa, Platini mengaku UEFA telah mengantisipasi dengan penggunaan wasit tambahan dalam setiap pertandingan Liga Champion dan Liga Eropa lainnya. "Saya berusaha menghilangkan keraguan dengan penggunaan wasit tambahan di Liga Champions dan Liga Europa," tandasnya.
Desakan sejumlah pihak terkait penerapan teknologi ini pertama mencuat usai pelaksanaan Piala Dunia 2010. Kala itu, gol gelandang Inggris, Frank Lampard ke gawang Jerman dianulir. Menurut pandangan wasit saat itu, bola belum melintasi garis gawang. Namun, dari rekaman ulang diketahui keputusan wasit keliru.
Dan selanjutnya, pengalaman buruk Inggris ini yang membuat kawatir sejumlah pihak jika peristiwa ini akan terulang kembali di laga krusial Liga Champions maupun ajang lainnya.
"Saya tetap tidak menginginkan itu (sensor garis gawang) dalam pertandingan sepakbola. Sepakbola adalah permainan yang dilaksanakan oleh manusia dan sesuatu yang bersifat manusiawi. Dan sepakbola menjadi permainan terpopuler di dunia karena sifatnya yang manusiawi," ujarnya seperti dikutip dari Goal.com.
Platini menjelaskan, jika aspek teknologi terpaksa harus dilibatkan dalam pertandingan sepakbola, maka lebih tepat diterapkan untuk mengatasi masalah offside dibanding sensor garis gawang.
Ia beralasan, kekeliruan keputusan wasit mengenai offside lebih sering terjadi dibanding garis gawang. "Mungkin ada sepuluh kali dalam setiap pertandingan terjadi perdebatan tentang offside. Dan hanya sekali setiap 40 tahun, ada kebutuhan untuk teknologi sensor garis gawang."
"Sepanjang karir saya sebagai pemain, saya tidak pernah mengalami di mana sebuah gol disahkan sebelum bola melewati garis atau sebuah gol tidak disahkan padahal bola sudah melewati garis. Dan Anda tetap ngotot ingin menempatkan teknologi tersebut di semua stadion sepakbola? Saya tidak mengerti"
Meski demikian, Untuk mengantisipasi hal itu terjadi dalam pertandingan level eropa, Platini mengaku UEFA telah mengantisipasi dengan penggunaan wasit tambahan dalam setiap pertandingan Liga Champion dan Liga Eropa lainnya. "Saya berusaha menghilangkan keraguan dengan penggunaan wasit tambahan di Liga Champions dan Liga Europa," tandasnya.
0Awesome Comments!